Translate this Blog

DEMAK : Youth Joy @ The City of Wali

2011

DEMAK. Kata orang sih, ini kotanya para wali. Dan kata orang pula, kota ini terkenal dengan panjang ‘sungai kuning’ nya. Haha saya mah belum tahu menahu soal itu. Saya memutuskan buat touring ke Demak karena jaraknya yang deket ma kampus saya. Naek si ‘Aoi’ cuman butuh waktu 1 jam. So budget nya gak terlalu nyedot kantong saya gan. Hahahha :P  


Slogan Kota Demak
"Demak Beramal"
Bersih, Elok, Rapi, Anggun, Maju, Lestari

Sebelumnya saya perkenalkan dulu partner saya.. Taufiq, dia seangkatan dengan saya. Trus yang satunya Arie. Dia lebih mudaan dua tahun dari kita. Jelas banget, saya paling cantik lah ya. (lol)

Kami janjian pukul 05.30 di PKMU (student center), dan Alhamdulillah semuanya datang tepat sebelum waktunya. Jadinya kita berangkat on time. Perjalanan dimulai dari kampus Sekaran menuju Semarang bawah. Melewati bundaran Tugu Muda Semarang, Jalan Pemuda, Stasiun Tawang, dan perbatasan terakhir Semarang – Demak, Terminal Terboyo. Sepanjang jalan Semarang-Demak terbentang jalan yang lurus dan sangat rata, jadinya sangat menyenangkan sekali untuk menyetel gas motor sampai 100 km/jam. Saran ketika melewati jalan Semarang-Demak sebaiknya jangan terlalu over speed, sering sekali terjadi kecelakaan karena banyak truk besar yang belok arah tiba-tiba dan pengendara yang sedang super ngebut kaget dan tak sempat mengerem sehingga bias menyebabkan kecelakaan yang sangat tragis.

Dan benar. Saya membuktikan. Sepanjang jalan Semarang-Demak terdapat sungai yang puanjang banget. Terdapat pula pemandangan indah yang tidak halal untuk dipandang. Tak jarang saya menjumpai orang mandi dan bahkan buang air besar sembarangan di tempat public seperti itu. Geleng-geleng dah.

WARNING!!! Untuk pengendara sepeda motor. Saat sampai pada persimpangan Kudus dan kota Demak (ke kanan untuk kudus dan lurus untuk kota Demak) jangan lupa masuk jalur lambat, karena jalur lambatnya benar-benar tidak seperti jalur lambat. Berbeda jauh sekali dengan jalur lambat yang kita jumpai di Ring Road Yogyakarta.

Kami sampai dengan selamat di alun-alun kota Demak pukul 06.45. Alun-alun Demak dekat dengan Masjid Agung Demak. Kami memutuskan untuk memberi makan usus kita yang sudah bernyanyi dengan nyaring di pinggir alun-alun kota Demak. Gudheg asli Demak, duplikat gudheg Jogja. Nangka muda, santen, suwiran ayam, dan telur. Dinikmati dengan segelas the hangat membuat suasana pagi itu begitu hangat dengan bercengkrama dengan kawan seperjalanan.
Gudheg ala Demak
IDR 6,000

Satu porsi gudheg dihargai IDR 6,000 dan the hangat seharga IDR 1,000. Super terjangkau bukan? Namun, bagi kaum adam, nasi nya pasti baru dapet porsi setengah. Jadi, pas pesen disarankan untuk request double rice. Hahaha

Kami melanjutkan perjalanan kami by foot. Mengintip kantor Lembaga Permasyarakatan dari luar dan berfoto layaknya Napi yang baru saja kabur dari tahanan.



Kemudian berfoto bersanding dengan atap Masjid dan bergaya seakan sedang menarik Masjid yang terbenam di tanah. Padahal kami tida sempat masuk ke dalam masjid. Ya.. kami benar-benar menikmati masa muda kami. Agak sedikit gila.. 



Selepas puas berlaku gila di luar area Masjid Agung Demak, kami mencoba mengeksplorasi ke lingkungan masjid. [Lagi] sambutan pertama yang kami dapatkan adalah sodoran tangan pengemis yang meminta sejumput uang pada kami. Dengan halus tangan kami menolak dengan sedikit senyum tersungging di bibir kami. Dan balasan dengan muka kecut menghampiri kami. Whatever lah.. your body still can be more beneficial to work than you are easily beg in us. 

Lanjuut. Museum masjid Agung adalah hal kedua yang kami eksplorasi. terdapat peninggalan kitab, buku, saka gending (kayu buat menabuh untuk pertunjukan seni semasa dakwah sunan Kalijaga). Kemudian kami melanjutkan ke makam-makam keluarga kerajaan Demak (bukan makam Sunan Kalijaga) karena makam Sunan Kalijaga tida berada di lingkungan Masjid Agung Demak.

[Lagi] Mengingatkan saya akan memori ziarah ke Walisongo semasa saya SD. Banyak peziarah yang berdoa di sekitar makam. Entah apa yang mereka doakan. Semoga saja mereka mendoakan para keluarga kerajaan itu sehingga amal dan kebaikannya diterima Alloh SWT. Semoga pula tida meminta 'berkah' kepada yang ada di dalam kubur. Aamiiin. ;-)
Kami tidak ikut berdoa kala itu. Kami memutuskan hanya sebagai visitor dan viewer. Doa kami dalam hati saja. hehhe.

Selepas memutari kompleks yang ramai dengan peziarah, kami sampai pada kompleks makam yang sepi. Kami tidak terlalu tahu makam siapakah itu. Letakknya di sebelah penginapan peziarah. Upsss hal yang membuat mata kami agak sedikit terbelalak adalah sesuatu yang berada di dekat pintu gerbang makam. Sesuatu itu berupa bunga mawar dkk yang diletakkan pada selembar daun pisang yang biasa orang sebut 'sajen'. Kali ini pikiran kami sudah sulit untuk berkhusnudzon lagi. Bisa-bisanya ada penistaan di lingkungan masjid yang suci tersebut. Sebuah kemusyrikan nyata terdapat di lingkungan masjid. Entah siapa oknum yang melakukan, yang jelas saya juga tidak bisa menjamin kalau pihak pengelola masjid juga tidak melegalkan hal tersebut. Selepas puas berlaku gila di luar area Masjid Agung Demak, kami mencoba mengeksplorasi ke lingkungan masjid. [Lagi] sambutan pertama yang kami dapatkan adalah sodoran tangan pengemis yang meminta sejumput uang pada kami. Dengan halus tangan kami menolak dengan sedikit senyum tersungging di bibir kami. Dan balasan dengan muka kecut menghampiri kami. Whatever lah.. your body still can be more beneficial to work than you are easily beg in us.

Lanjuut. Museum masjid Agung adalah hal kedua yang kami eksplorasi. terdapat peninggalan kitab, buku, saka gending (kayu buat menabuh untuk pertunjukan seni semasa dakwah sunan Kalijaga). Kemudian kami melanjutkan ke makam-makam keluarga kerajaan Demak (bukan makam Sunan Kalijaga) karena makam Sunan Kalijaga tida berada di lingkungan Masjid Agung Demak.

[Lagi] Mengingatkan saya akan memori ziarah ke Walisongo semasa saya SD. Banyak peziarah yang berdoa di sekitar makam. Entah apa yang mereka doakan. Semoga saja mereka mendoakan para keluarga kerajaan itu sehingga amal dan kebaikannya diterima Alloh SWT. Semoga pula tida meminta 'berkah' kepada yang ada di dalam kubur. Aamiiin. ;-)
Kami tidak ikut berdoa kala itu. Kami memutuskan hanya sebagai visitor dan viewer. Doa kami dalam hati saja. hehhe.

Selepas memutari kompleks yang ramai dengan peziarah, kami sampai pada kompleks makam yang sepi. Kami tidak terlalu tahu makam siapakah itu. Letakknya di sebelah penginapan peziarah. Upsss hal yang membuat mata kami agak sedikit terbelalak adalah sesuatu yang berada di dekat pintu gerbang makam. Sesuatu itu berupa bunga mawar dkk yang diletakkan pada selembar daun pisang yang biasa orang sebut 'sajen'. Kali ini pikiran kami sudah sulit untuk berkhusnudzon lagi. Bisa-bisanya ada penistaan di lingkungan masjid yang suci tersebut. Sebuah kemusyrikan nyata terdapat di lingkungan masjid.




Entah siapa oknum yang melakukan, yang jelas saya juga tidak bisa menjamin kalau pihak pengelola masjid juga tidak melegalkan hal tersebut. SAJEN untuk almarhum keluarga kerajaan. How Non Sense, yah inilah masyarakat kita. Kental dengan nilai-nilai kejawen yang masih sulit untuk di break up dan direplace dengan nilai-nilai Islami yang benar. Mengatasnamakan kejawen sebagai Islami. Lebih parah lagi.

bagian selanjutnya edisi makam Sunan Kalijaga,  DEMAK : Hidden Scarcity @ The City of Wali
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. A Remarkable Traveler - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger