Translate this Blog

Candi Pringapus: Gedong Songo Ala Temanggung

Temanggung, 26 Juni 2013


Pose dulu boleh lah ya ^o^
Melengkapi perjalanan saya ke situs Liyangan dan hutan pinus Jumprit, saya memutuskan untuk megunjungi salah satu candi yang terletak di kecamatan Ngadirejo ini, tepatnya di desa Pringsurat. Candi ini bernama candi Pringapus. Menurut sepemahaman saya dalam bahasa Jawa, ‘pring’ berarti bambu dan ‘apus’ berarti berbohong, nah pringapus apakah berarti bambu yang berbohong? Haha saya tak tahu menahu lah soal ini.

Candi Pringapus terletak sekitar 22 km dari pusat kota Temanggung, atau kalau dengan kendaraan roda dua, saya menempuhnya dalam waktu kurang lebih 30-45 menit. Jalan yang dilalui sama seperti jalan menuju situs liyangan dan hutan pinus Jumprit, tinggal nanti mengikuti petunjuk arah yang ada.



Saat saya tiba di lokasi, ternyata cukup membuat saya surprise. Bangunan candi yang utuh hanya satu saja, dan yang lain hanya susunan arca yang ditumpuk di sekitar candi.

Pringapus' Gate
 Candi Pringapus mengingatkan kami pada Candi Gegongsongo, Kabupaten Semarang. Bentuknya mirip sekali, hanya saja jika di gedong songo, mayoritas isi di dalam candi adalah menja untuk persembahan, namun di pringapus isi di dalam candi adalah patung seekor sapi, yang disebut nandi. Oleh masyarakat sekitar candi Pringapus sering digunakan untuk acara 7 bulanan (tingkeban), semacam acara adat Jawa untuk ibu hamil.



Arca yang Tersisa di Candi Pringapus
Arca yang Tersisa di Candi Pringapus

Dari situs resmi kabupaten Temanggung, saya mengutip mengenai misteri penanggalan candi sebagai berikut
Arkeolog Belanda EB Vogler pernah melakukan penelitian terhadap hiasan kala makara diatas pintu candid an sejarah politik kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah. Hasilnya dipetakan menjadi lima periode pertanggalan yaitu :


a.    Periode I, yaitu masa sebelum tahun 650. Ia memperkirakan, ketika itu sudah ada bangunan ang terbuat dari bahan-bahan yang mudah rusak dan lapuk sehingga tanda-tanda arsitekturalnya tidak tersisa lagi.
b.    Periode II (650-760), yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram Hindu. Gaya bangunan dipengaruhi oleh arsitektur Pallawa yang berasal dari India Selatan. Bangunan-bangunan candi dari periode ini pun sudah rusak, dan tidak mudah teridentifikasi.
c.    Periode III (760-812), pada masa Dinasti Syailendra. COntoh bangunannya adalah Candi Borobudur, Pawon, Mendut, Kalasan dan sari.
d.    Periode IV (8120\-928), Pengaruh asing terutama gaya Chandiman (India) mulai memperkaya unsure-unsur candi. Contohnya antara lain Prambanan, sariwanm Plaosan dan Ngawen.
e.    Periode V, yang berlangsung tahun 928 hingga akhir masa Hindu-Jawa. Bangunannya merupakan perkembangan dari gaya-gaya sebelumnya. Bangunan dari periode ini mulai diperkaya dengan unsur-unsur kesenian Jawa Timur, terutama bentuk kala. Contoh bangunannya antara lain Candi Pringapus, Sembodro, Ratna dan Srikandi.

Sebenarnya, di dekat candi Pringapus terdapat candi Perot yang merupakan peninggalan Mataram Kuno juga. namun, saat itu kami tidak cukup tahu jalan yang harus kami tempuh. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mengunjunginya lain kali.

Cukup sekian laporan perjalanan sejarah kali ini, karena saya paling payah dalam hal persejarahan umat manusia di Indonesia, saya jadinya tidak dapat bercerita banyak. Hehhe

Salam traveler!

Referensi
Petualangan pribadi
http://kabtemanggung.com/candi-pringapus
http://www. temanggungkab.go.id/
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. A Remarkable Traveler - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger